Rabu, 13 April 2011

Peninggalan Logam ( Koleksi Museum Ronggowarsito )

Museum Ronggowarsito merupakan lembaga pemerintah yang merawat dan melestarikan budaya bangsa. Diharapkan darinya dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat. Dan juga memberikan gambaran mengenai masa lalu yang berhubungan dengan metalurgi. Museum ini sendiri memiliki koleksi dari bahan logam seperti emas, perak, perunggu, dan besi.
Sejak masa prasejarah di Jawa Tengah telah berkembang peradaban yang cukup tinggi dengan mulai ditemukannya peralatan dari batu dan logam. Logam – logam itu diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yaitu sebagai perhiasan, sebagai alat upacara, dan lain sebagainya.
Pada masa Hindu – Budha benda – benda seperti perunggu serta besi tidak terdapat di sembarang tempat. Untuk memperolehnya ditempuh dengan cara perdagangan. Hingga akhirnya beberapa koleksi logam dapat dihasilkan. Berikut beberapa contoh koleksi. Untuk dari bahan emas seperti timang konde, puncak mahkota, perhiasan telinga, kalung manik – manik “brondong” kalung berbentuk daun, kalung berliontin, replika kelat leher kalung berbentuk biji mete, bros, hiasan tiba dada, kelat bahu, ikat pingggang “pending”, gelang, replika kelat pinggang, cincin stempel bertuliskan sri, cincin stempel, cincin stempel bertuliskan srigara, uncal susun tiga, mangkuk berkaki, mata uang piloncito, replika mangkuk berlekuk 4, replika tas, paku emas, replika cepuk bertutup, dan lempengan emas berprasasti. Sedangkan koleksi perak antara lain gelang, mata uang “sandalwood flower”, giwang, gantungan kelambu, dan mangkuk. Contoh dari perunggu adalah bidang pukul nekara, moko, gelang, kentongan, pedupaan, lonceng biara, genta klinting, genta upacara, genta kapal, lampu gantung susun, lampu gantung, cermin, kuwera, talam, tiga arca Dhyani Budha satu lapik, Wisnu, Dhyani Budha Vajrasattwa, mata uang gobok, Siwa Mahadewa, mata uang kepeng/ Cina, cetakan mata uang, pasu, kapak corong, dan genta pendeta. Dan terakhir koleksi besi misalnya ani – ani, tombak penangkap maling, sabit, cangkul, palu, anvil ( landasan ), jepit, kikir, erok – erok, betel, mata bajak, landak, keris, dan tombak.
Seorang pande logam pada masa lampau untuk dapat mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan orang tuanya haruslah ditahbiskan terlebih dahulu. Hingga akhirnya ia dapat melakukan hal – hal yang berkaitan dengan teknik pembuatan. Pertama adalah teknik tempa. Untuk dapat menjalankan pekerjaan pande besi minimal dibutuhkan dua orang, seorang sebagai pengubub dan satunya menjadi pande. Perlengkapan pande besi antara lain supit, ububan, palu, paron, dan tatah. Para pande besi itu dapat menghasilkan beberapa seperti gadha dan belati. Alat besi tersebut sebelumnya dibakar hingga berwarna merah kemudian ditempa berulang – ulang dengan diselingi dibakar ulang. Lalu menjadi tipis dan cekung dan akhirnya dapat dibentuk. Teknik berikutnya adalah cetak. Ada tiga macam metode antara lain cetakan terbuka, cetakan a cire perdue ( metode lilin hilang ), dan cetakan setangkup. Berikutnya teknik filigram, artinya kombinasi benang dengan butiran – butiran logam. Teknik keempat adalah granulir yang berarti teknik untuk menghias suatu bidang perhiasan dengan menggunakan butir – butiran logam. Selanjutnya teknik memahat dan mengukir. Memahat berarti teknik menghias lempengan logam untuk dijadikan relief, mengukir maknanya teknik membuat gambar pada logam. Berikutnya teknik inkrustasi artinya teknik penggunaan logam yang berlainan warna. Teknik ketujuh menggrafir yang berarti menggores garis pada logam dengan menggunakan jarum. Teknik selanjutnya adalah niello artinya teknik menghias dengan mengisi tempat – tempat yang telah diperdalam dengan grafir, pahat, atau cetakan gambar dengan logam sulfida ( campuran belerang dan logam ). Berikutnya teknik melapis menggunakan email. Email adalah teknik melelehkan bubuk kaca berwarna pada permukaan logam. Teknik selanjutnya ialah menyepuh emas dan perak. Caranya adalah dengan cara mencelupkan bahan dasar ke dalam kotak cairan emas atau perak. Yang kesebelas teknik melapis bahan dasar, biasanya pelapisnya adalah perak ataupun emas. Dan terakhir adalah teknik memberi warna logam. Dengan jalan merendam bahan kimia.
Benda – benda logam haruslah dirawat. Fungsi dari konservasi koleksi adalah sebagai alat kontrol atas peristiwa yang merugikan benda maupun lingkungan sekitar dan juga sebagai penanggulangan bahaya yang mengancam koleksi ataupun bangunan. Jika logam tidak dikonservasi maka suatu kerugian seperti korosi mudah saja terjadi. Korosi logam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu korosi pasif atau serig disebut patina, kedua adalah korosi aktif artinya terdapat pada permukaan logam ditandai dengan bertambahnya volume penyebaran korosi diikuti dengan timbulnya bubuk atau endapan. Dalam mengkonservasi terrdapat tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama observasi, inti dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi kerusakan. Selanjutnya pengobatan meliputi fisik ( pembersihan, penyambungan, dan konsolidasi ) dan kimia ( pembersihan dan pengobatan selektif ). Dan yang terakhir adalah pencegahan, tindakan tersebut terdiri atas pelapisan dan penempatan koleksi.
Emas adalah logam mulia yang stabil terhadap pengaruh lingkungan. Benda ini tidak mudah berkarat. Untuk merawatnya ada beberapa cara seperti fisik, metode ini dengan pemanfaatan kuas untuk menghilangkan debu pada permukaan. Cara berikutnya adalah kimia, melalui penggunaan Typol, Asam Sitrat, dan Asam Klorida. Logam selanjutnya adalah perak yang tersusun oleh Argentum, memiliki nomor atom 79. Metode perawatannya adalah seperti fisik caranya menyikat debu dan kotoran pada logam. Berikutnya kimia dengan Asam Formiat dan Aquadest. Selanjutnya adalah perunggu, logam ini merupakan campuran dari tembaga dengan timah putih. Metode perawatannya hampir sama dengan sebelumnya yakni fisik melalui penyikatan menggunakan kuas, sedangkan kima menggunakan larutan Alkaly Glyserol, Sesque Carbonat, Aquadest, Benzotriazole ( BTA ), PVA, dan Paraloib. Logam keempat adalah besi, jenis ini biasa dijumpai pada alat pertukangan karena besi tuang mudah dicetak. Lagi – lagi metode perawatan hampir sama agar tidak terkena korosi meliputi fisik yaitu dengan kuas selanjutnya dikerik menggunakan jarum. Kedua kimia dengan Natrium Hidroksida, Aquadest, dan Sillica Gell.
Benda – benda logam tersebut memiliki fungsi tertentu baik dari masa prasejarah hingga Hindu – Budha. Pertama benda logam prasejarah, untuk besi mempunyai fungsi praktis seperti alat rumah tangga, alat pertanian, alat berburu, dan senjata. Sedangkan fungsi relijius sebagai bekal kubur. Logam juga dapat memperkaya kasanah budaya Indonesia ( Prasanti, 2006: 30 ). Untuk benda perunggu fungsi sosial meliputi simbol status dan mas kawin misal moko. Sementara itu fungsi relijiusnya seperti bekal kubur dan alat upacara pemanggil hujan. Hal yang disebut terakhir menggunakan nekara perunggu. Telah disebutkan bahwa nekara tersebut berjumlah sekitar 165 yang ditemukan di Indonesia.
Sedangkan di era Hindu – Budha logam berfungsi sebagai sarana yang berhubungan dengan upacara atau relijius, sebagai peralatan praktis, sebagai alat tukar, sebagai simbol status, dan gabungan berbagai fungsi. Logam yang akan dibahas pertama kali adalah emas. Benda ini berfungsi sebagai alat tukar dan simbol religius. Emas mempunyai nilai yang sangat tinggi sehingga dapat dijadikan alat tukar. Sedangkan sisi relijiusnya terletak pada sarana sesaji. Fungsi berikutnya adalah wadah. Contohnya replika cepuk bertutup, replika tas, mangkuk berkaki, dan replika mangkuk tertutup. Berikutnya berfungsi sebagai simbol status, perhiasan, dan simbol relijius. Misalnya puncak mahkota, timang konde, kalung manik – manik, kalung liontin, kalung daun, kelat leher motif bunga dan sulur, kalung biji mete, kelat bahu, anting, gelang, binggel, stempel, stempel Sri, ikat pinggang, uncal – uncal susun tiga, tiba dada, bros bunga, dan replika kelat pinggang. Untuk simbol relijius seperti pripih yang terbuat dari emas. Hal ini berhubungan dengan upacara tertentu dan sebagai sesaji. Logam selanjutnya adalah perak. Benda ini memiliki makna yang mendalam pada masa Hindu – Budha. Karena artefak ini berfungsi sebagai beberapa hal. Pertama alat tukar, buktinya dapat dilihat di mata uang sandalwood flower. Mata uang ini juga berfungsi sebagai perlengkapan sesaji. Fungsi ketiga sebagai wadah yaitu adanya sebuah mangkuk. Ada juga perak yang berperan sebagai perhiasan dan fungsi praktis. Contoh perhiasan adalah sabuk, gelang, giwang dan gesper. Sementara itu fungsi praktisnya adalah gantelan kelambu. Logam yang terakhir adalah perunggu. Temua dari bahan ini berfungsi sebagai alat tukar dan perlengkapan upacara. Mata uang yang terbuat dari perunggu adalah uang kepeng dan uang gobok. Selain itu uang kepeng juga berfungsi sebagai perlengkapan upacara. Tidak hanya itu, perunggu juga berfungsi sebagai wadah, contohnya kendi dan pasu. Selanjutnya berfungsi sebagai perlengkapan perhiasan dan pakaian. Seperti adanya gelang, binggel, sabuk, dan gesper. Dan fungsi paling akhir adalah sebagai perlengkapan upacara atau sesaji. Contoh artefaknya adalah talam, keris, bejana, tempat lampu, jarum, dan genta. Untuk fungsi praktis dan relijius pun ada pada perunggu. Segi relijius sebagai bekal kubur, dan praktis tentu saja untuk berhias.
Itulah penjelasan singkat mengenai koleksi logam di Museum Ronggowarsito. Jadi intinya sejak zaman Prasejarah hingga Hindu Budha masyarakat Jawa Tengah sudah mengenal budaya Logam. Semoga semua tinggalan tersebut tetap awet selamanya.

0 komentar:

Posting Komentar