Selasa, 27 Desember 2011

“REVITALISASI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGHADAPI ERA PERUBAHAN ”


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
     Dunia bisnis saat ini menuntut setiap perusahaan untuk menciptakan kinerja karyawan yang berkualitas tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di dalam lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu
memanfaatkan sumber daya – sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
     Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output optimal.
     Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.
     Indonesia adalah bagian dari dunia yang tidak bisa  menutut dirinya dari global.pengarauh global yang paling monjol adalah dibidang ekonami,teknologi dan budaya. Kehadiran Agreement on Tariffs and Trade (GATT) palingsedikit akan membuat pemerintah harus mengurangi proteksi ekonomi demostik ,dan membuat lembaran peluang bagi pihak asing untuk berdagang di indonesia.Kondisi ini teleh terliahat nyata dengan dikeluarkan PP No. 20/1994 tentang peluang perusaha asing tersebut.Ini berarti pelaku bisni di indonesia harus meningkatkan kemanpuan kompetitif mereka dalam memdung investasi pengusaha multinasional sipat kompetitif ini akan memaksa semua pelaku ekonami untuk lebih memikirkan pertumbuaha ekonomi ,ketimbang masalah pemerataan oritasi ekonomi yang lebih bertumpun pada pertumbuhan (growth economy ) akan mampuh meningkatkan ‘income capital ‘ tetapi pasti akan menimbulkan banyak permasalahan sosial


B.     Permasalahan
C.     Rumusan Masalah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Landasan Teori
Ø  Revitalisasi
11.      Revitalisasi menurut Danisworo (2002) adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu hal yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
22.      Gouillart dan Kelly (1995) mendefinisikan revitalisasi sebagai  upaya mendorong pertumbuhan dengan mengaitkan organisasi kepada lingkungannya ”
33.      Menurut Asbhy (1999) Revitalisasi adalah mencakup perubahan yang dilaksanakan secara Quantum Leap, yaitu lompatan besar yang tidak hanya mencakup perubahan bertahap atau incremental, melainkan langsung menuju sasaran yang jauh berbeda dengan kondisi awal organisasi”.

Ø  Kompetensi
11.      Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan - ketrampilan, sikap - sikap dan nilai - nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalamandan pembelajaran yang dilakukan.
22.      menurut Steven Moulton, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan teknikal yang membedakan perusahaan dengan pesaing.Sementara bagi individu, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian,dan kebisaan yang mempengaruhi kinerja kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi bisa sangat beragam dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya.
33.      Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang ditampilkan oleh orang - orang yang sukses / berhasil dalam mengerjakan suatu tugas dengan prestasi kerja yang optimal.
44.      The Jakarta Consulting Group (Susanto, 2002) memberikan batasan bahwa kompetensi adalahsegala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilakuutama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antarakinerja rata-rata dengan kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.

Ø  Pelatihan
11.    Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
22.    Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
33.    Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan sebagai bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai.
44.    Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.



BAB III
PEMBAHASAN
A.   Pembahasan
       Berdasarkan asumsi yang dikemukan di atas maka suatu unit organisasi harus memiliki karyawan yang sevara terus menerus mengembangan empat jenis modal manusia (human capital) yakni modal intelektual (intellectual capital), modal sosial (social capital),  modal mental (soft capital), dan modal agama (spiritual capital).
            Kiat suskses meniti karir sangat dipengaruhi kemampuan mengembangkan keempat jenis modal manusia tersebut.

Modal  intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan. Berbagai perusahaan yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah perusahaan yang terus  menerus  mengembangkan sumberdaya manusianya (lihat Ross, dkk, 1997).
Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll) yang sangat tinggi kecepatannya. Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Pada saat ini manusia, organisasi, atau negara tidak lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung jeram yang ketidakpastian jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya. dan mengembangkaan kretifitasnya untuk berinovasi.
Manajemen perusahaan sebagai pimpinan puncak organisasi yang bertanggungjawab di dalam pengembangan SDM harus mampu membangun suatu organisasi pembelajaran (learning organization). Hal ini baru terjadi bila seluruh jajaran kepemimpinan mulai dari lini atas sampai ke lini bawah berusaha secara serius  untuk menanamkan kesadaran guna menambah pengetahuan baik pada dirinya sendiri, atau pada seluruh karyawan dalam perusahaan. Para karyawan tidak boleh puas dengan apa yang sudah dicapainya secara akademik. Pekerjaaan membangun modal intelektual adalah pekerjaan yang tiada akhir, karena ilmu yang kita miliki akan mudah sekali ketinggalan zaman. Kita akan menjadi penyebab kemunduran perusahaan bila wawasan pengetahuan yang kita miliki tidak sesuai dengan tuntutan perubahan. Untuk mengatasi hal-hal yang demikian suasana pembelajaran di perusahaan harus ditumbuhkan  melalui berbagai forum , antara lain seminar ilmiah, diskusi pembahasan konsep baru,  harus menjadi kebiasaan sehari-hari di perusahaan. Dengan melakukan saling tukar informasi dan wawasan yang melibatkan seluruh karyawan melalui forum tersebut  akan semakin berkembang modal intelektual. Apa yang disarankan para pakar tersebut sudah jauh-jauh hari ditulis dalam kitab suci berbagai agama.

Modal Sosial
            Intelektual modal baru akan tumbuh bila masing-masing orang berbagi wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang disebut dengan modal sosial. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai seseorang.
 Modal Sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya  kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat semua. Dalam ajaran setiap manusia diminta membangun silaturahmi. Karena silaturahmi akan memberikan kebaikan. Ide kreatif seringkali muncul melalui diskusi. Demikian pula peluang bisnis seringkali terbuka karena adanya jaringan hubungan silaturahmi. Perintah tentang membangun modal sosial ini sangat dianjurkan oleh agama.
Untuk menumbuhkan modal sosial pada karyawan diperlukan berbagai pelatihan dan workshop. Misalnya pelatihan untuk menumbuhkan ‘social skill’, pelatihan untuk menjadi manusia efektif seperti paket Seven Habits of Highly Effective People yang sekarang ini sangat pupuler di berbagai negara. Berbagai ilmu di bidang hubungan antar manusia (human relations) telah memberikan jalan bagaimana manusia harus berinteraksi dalam suatu kebersamaan yang saing menguntungkan .

Modal mental  (soft capital)
Modal agama yang oleh  Hartanto (1998) disebut dengan “soft capital”  adalah modal yang diperlukan untuk menumbuhkan modal sosial dan modal intelektual. Sifat bisa dipercaya dan percaya pada orang lain (trust), bisa menahan emosi, pemaaf, penyabar, ikhlas, dan selalu ingin menyenangkan orang lain  sangat diperlukan bagi upaya untuk membangun masyarakat yang beradab dan berkinerja tinggi.
Berdasarkan analisis terdahulu ekonomi baru dimilenium ketiga akan diwarnai oleh banyaknya konflik yang terjadi (discordance). Orang semakin tidak bisa melihat orang lain sebagai bagian dari sukses dirinya sendiri. Konflik antar kelompok kaya dan miskin, kelompok berpengetahuan tinggi dan berpengetahuan rendah, kelompok yang memiliki akses  pada kekuasaan dan yang tidak memiliki akses pada kekuasaan  diduga akan meningkat intensitasnya. Soft capital ini akan menjadi perekat sosial dan peredam emosi yang dapat menekan munculnya  konflik dan kekerasan.
Beberapa tahun terakhir ini makin banyak pembicaraan tentang pentingnya peranan inteligensi emosional (emotional intelligence)  di dalam menunjang kesuksesan hidup manusia (Goleman, 1996). Apa yang ditulis oleh Daniel Goleman tersebut sangat sesuai dengan ajaran berbagai agama.
Upaya untuk menumbuhkan modal lembut ini bisa melalui pengajian agama, pelatihan ‘social skill’, pelatihan inteligensi emosisonal,  atau paket Seven Habits of Highly Effective People. Saya rasa sudah saatnya lembaga pendidikan tinggi mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti paket pengembangan kepribadian seperti itu. Karena sifatnya sangat praktis dan segera terasa manfaatnya InsyaAllah kegiatan ini akan sangat menarik, dan jauh lebih berguna dibandingkan penataran P-4 yang sarat dengan muatan politik yang mendukung kekuasaan penguasa.

Modal agama
Bagi orang yang beagama ketiga modal yang dibicarakan di atas adalah bagian dari ekspresi modal spiritual. Semakin tinggi iman dan takwa seseorang semakin tinggi pula ke tiga modal di atas. Namun demikian banyak akademisi yang menyarankan agar modal spiritual dipisahkan dari ketiga modal di atas, dengan tujuan untuk semakin menekankan betapa pentingnya upaya pengembangan  keberagamaan manusia.
Di mata para akademisi yang berpandangan demikian, agama akan menjadi pembimbing kehidupan agar tidak menjadi egostik yang orientasinya hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena itu uapaya untuk mengembangkan keagamaan adalah bagian mutlak dan utama bagi tumbuhnya masyarakat yang makmur dan sejahtera serta aman dan damai.

0 komentar:

Posting Komentar