BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia bisnis saat ini menuntut setiap perusahaan
untuk menciptakan kinerja karyawan yang berkualitas tinggi untuk pengembangan
perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di dalam
lingkungannya. Keberhasilan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber
daya manusia merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai
dengan evaluasi yang mampu
memanfaatkan sumber daya – sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
memanfaatkan sumber daya – sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Keberadaan
sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat
penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas
perusahaan. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output
optimal.
Tercapainya
tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan
prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manusia yang
melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan
akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, dengan harapan apa
yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.
Indonesia
adalah bagian dari dunia yang tidak bisa
menutut dirinya dari global.pengarauh global yang paling monjol adalah
dibidang ekonami,teknologi dan budaya. Kehadiran Agreement on Tariffs and Trade
(GATT) palingsedikit akan membuat pemerintah harus mengurangi proteksi ekonomi
demostik ,dan membuat lembaran peluang bagi pihak asing untuk berdagang di indonesia.Kondisi
ini teleh terliahat nyata dengan dikeluarkan PP No. 20/1994 tentang peluang
perusaha asing tersebut.Ini berarti pelaku bisni di indonesia harus
meningkatkan kemanpuan kompetitif mereka dalam memdung investasi pengusaha
multinasional sipat kompetitif ini akan memaksa semua pelaku ekonami untuk
lebih memikirkan pertumbuaha ekonomi ,ketimbang masalah pemerataan oritasi
ekonomi yang lebih bertumpun pada pertumbuhan (growth economy ) akan mampuh
meningkatkan ‘income capital ‘ tetapi pasti akan menimbulkan banyak
permasalahan sosial
B. Permasalahan
C. Rumusan
Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan
Teori
Ø Revitalisasi
11. Revitalisasi menurut Danisworo (2002) adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu hal yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
22. Gouillart dan Kelly (1995) mendefinisikan revitalisasi sebagai upaya mendorong pertumbuhan dengan mengaitkan organisasi kepada lingkungannya ”
33. Menurut Asbhy (1999) Revitalisasi adalah mencakup perubahan yang dilaksanakan secara Quantum Leap, yaitu lompatan besar yang tidak hanya mencakup perubahan bertahap atau incremental, melainkan langsung menuju sasaran yang jauh berbeda dengan kondisi awal organisasi”.
11. Revitalisasi menurut Danisworo (2002) adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu hal yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
22. Gouillart dan Kelly (1995) mendefinisikan revitalisasi sebagai upaya mendorong pertumbuhan dengan mengaitkan organisasi kepada lingkungannya ”
33. Menurut Asbhy (1999) Revitalisasi adalah mencakup perubahan yang dilaksanakan secara Quantum Leap, yaitu lompatan besar yang tidak hanya mencakup perubahan bertahap atau incremental, melainkan langsung menuju sasaran yang jauh berbeda dengan kondisi awal organisasi”.
Ø Kompetensi
11. Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan - ketrampilan, sikap - sikap dan nilai - nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalamandan pembelajaran yang dilakukan.
22. menurut Steven Moulton, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan teknikal yang membedakan perusahaan dengan pesaing.Sementara bagi individu, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian,dan kebisaan yang mempengaruhi kinerja kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi bisa sangat beragam dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya.
33. Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang ditampilkan oleh orang - orang yang sukses / berhasil dalam mengerjakan suatu tugas dengan prestasi kerja yang optimal.
44. The Jakarta Consulting Group (Susanto, 2002) memberikan batasan bahwa kompetensi adalahsegala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilakuutama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antarakinerja rata-rata dengan kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.
11. Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan - ketrampilan, sikap - sikap dan nilai - nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalamandan pembelajaran yang dilakukan.
22. menurut Steven Moulton, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan teknikal yang membedakan perusahaan dengan pesaing.Sementara bagi individu, kompetensi bisa didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian,dan kebisaan yang mempengaruhi kinerja kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi bisa sangat beragam dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya.
33. Drs. Budiman Sanusi Mpsi, Direktur Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), mengatakan Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang ditampilkan oleh orang - orang yang sukses / berhasil dalam mengerjakan suatu tugas dengan prestasi kerja yang optimal.
44. The Jakarta Consulting Group (Susanto, 2002) memberikan batasan bahwa kompetensi adalahsegala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif, pengetahuan, sikap, perilakuutama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antarakinerja rata-rata dengan kinerja superior. Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.
Ø Pelatihan
11. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
22. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
33. Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan sebagai bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai.
44. Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
11. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.
22. Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
33. Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan sebagai bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai.
44. Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Berdasarkan
asumsi yang dikemukan di atas maka suatu unit organisasi harus memiliki
karyawan yang sevara terus menerus mengembangan empat jenis modal manusia (human
capital) yakni modal intelektual (intellectual capital), modal
sosial (social capital), modal mental (soft capital), dan
modal agama (spiritual capital).
Kiat suskses meniti karir sangat dipengaruhi kemampuan mengembangkan keempat
jenis modal manusia tersebut.
Modal intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan
peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan
bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu
kegiatan. Berbagai perusahaan yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah
perusahaan yang terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya
(lihat Ross, dkk, 1997).
Manusia harus memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola
perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dll)
yang sangat tinggi kecepatannya. Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan
yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Pada saat ini manusia, organisasi,
atau negara tidak lagi berlayar di sungai yang tenang yang segala sesuatunya
bisa diprediksi dengan tepat. Kini sungai yang dilayari adalah sebuah arung
jeram yang ketidakpastian jalannya perahu semakin tidak bisa diprediksi karena
begitu banyaknya rintangan yang tidak terduga. Dalam kondisi yang ditandai oleh
perubahan yang super cepat manusia harus terus memperluas dan mempertajam
pengetahuannya. dan mengembangkaan kretifitasnya untuk berinovasi.
Manajemen perusahaan sebagai pimpinan puncak organisasi yang
bertanggungjawab di dalam pengembangan SDM harus mampu membangun suatu
organisasi pembelajaran (learning organization). Hal ini baru terjadi
bila seluruh jajaran kepemimpinan mulai dari lini atas sampai ke lini bawah
berusaha secara serius untuk menanamkan kesadaran guna menambah
pengetahuan baik pada dirinya sendiri, atau pada seluruh karyawan dalam
perusahaan. Para karyawan tidak boleh puas dengan apa yang sudah dicapainya
secara akademik. Pekerjaaan membangun modal intelektual adalah pekerjaan yang
tiada akhir, karena ilmu yang kita miliki akan mudah sekali ketinggalan zaman.
Kita akan menjadi penyebab kemunduran perusahaan bila wawasan pengetahuan yang
kita miliki tidak sesuai dengan tuntutan perubahan. Untuk mengatasi hal-hal
yang demikian suasana pembelajaran di perusahaan harus ditumbuhkan
melalui berbagai forum , antara lain seminar ilmiah, diskusi pembahasan konsep
baru, harus menjadi kebiasaan sehari-hari di perusahaan. Dengan melakukan
saling tukar informasi dan wawasan yang melibatkan seluruh karyawan melalui
forum tersebut akan semakin berkembang modal intelektual. Apa yang disarankan
para pakar tersebut sudah jauh-jauh hari ditulis dalam kitab suci berbagai
agama.
Modal Sosial
Intelektual modal baru akan tumbuh bila masing-masing orang berbagi
wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan
sosial dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang
disebut dengan modal sosial. Semakin luas pergaulan seseorang dan semakin luas
jaringan hubungan sosial (social networking) semakin tinggi nilai
seseorang.
Modal Sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup
dalam perbedaan dan menghargai perbedaan (diversity). Pengakuan dan
penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreativitas dan
sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, dan menghargai dan
memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan kebaikan buat
semua. Dalam ajaran setiap manusia diminta membangun silaturahmi. Karena
silaturahmi akan memberikan kebaikan. Ide kreatif seringkali muncul melalui
diskusi. Demikian pula peluang bisnis seringkali terbuka karena adanya jaringan
hubungan silaturahmi. Perintah tentang membangun modal sosial ini sangat
dianjurkan oleh agama.
Untuk menumbuhkan modal sosial pada karyawan diperlukan berbagai pelatihan
dan workshop. Misalnya pelatihan untuk menumbuhkan ‘social skill’, pelatihan
untuk menjadi manusia efektif seperti paket Seven Habits of Highly Effective
People yang sekarang ini sangat pupuler di berbagai negara. Berbagai ilmu
di bidang hubungan antar manusia (human relations) telah memberikan
jalan bagaimana manusia harus berinteraksi dalam suatu kebersamaan yang saing
menguntungkan .
Modal
mental (soft capital)
Modal agama yang oleh Hartanto (1998) disebut dengan “soft
capital” adalah modal yang diperlukan untuk menumbuhkan modal sosial
dan modal intelektual. Sifat bisa dipercaya dan percaya pada orang lain (trust),
bisa menahan emosi, pemaaf, penyabar, ikhlas, dan selalu ingin menyenangkan
orang lain sangat diperlukan bagi upaya untuk membangun masyarakat yang
beradab dan berkinerja tinggi.
Berdasarkan analisis terdahulu ekonomi baru dimilenium ketiga akan diwarnai
oleh banyaknya konflik yang terjadi (discordance). Orang semakin tidak
bisa melihat orang lain sebagai bagian dari sukses dirinya sendiri. Konflik
antar kelompok kaya dan miskin, kelompok berpengetahuan tinggi dan
berpengetahuan rendah, kelompok yang memiliki akses pada kekuasaan dan
yang tidak memiliki akses pada kekuasaan diduga akan meningkat
intensitasnya. Soft capital ini akan menjadi perekat sosial dan peredam emosi
yang dapat menekan munculnya konflik dan kekerasan.
Beberapa tahun terakhir ini makin banyak pembicaraan tentang pentingnya
peranan inteligensi emosional (emotional intelligence) di dalam
menunjang kesuksesan hidup manusia (Goleman, 1996). Apa yang ditulis oleh
Daniel Goleman tersebut sangat sesuai dengan ajaran berbagai agama.
Upaya untuk menumbuhkan modal lembut ini bisa melalui pengajian agama,
pelatihan ‘social skill’, pelatihan inteligensi emosisonal, atau paket Seven
Habits of Highly Effective People. Saya rasa sudah saatnya lembaga
pendidikan tinggi mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti paket pengembangan
kepribadian seperti itu. Karena sifatnya sangat praktis dan segera terasa
manfaatnya InsyaAllah kegiatan ini akan sangat menarik, dan jauh lebih berguna
dibandingkan penataran P-4 yang sarat dengan muatan politik yang mendukung
kekuasaan penguasa.
Modal agama
Bagi orang yang beagama ketiga modal yang dibicarakan di atas adalah bagian
dari ekspresi modal spiritual. Semakin tinggi iman dan takwa seseorang semakin
tinggi pula ke tiga modal di atas. Namun demikian banyak akademisi yang
menyarankan agar modal spiritual dipisahkan dari ketiga modal di atas, dengan
tujuan untuk semakin menekankan betapa pentingnya upaya pengembangan keberagamaan
manusia.
Di mata para akademisi yang berpandangan demikian, agama akan menjadi
pembimbing kehidupan agar tidak menjadi egostik yang orientasinya hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Oleh karena itu uapaya untuk
mengembangkan keagamaan adalah bagian mutlak dan utama bagi tumbuhnya
masyarakat yang makmur dan sejahtera serta aman dan damai.